foto bersama Adik Agus Tebai, Mahasiswa kompass yang pakai koteka perdana, di Sumatera. |
Setelah pulang dari Bengkulu beberapa warga IMP SUMUT, bersama Abang Penos Belau (Mantan ketua Imapa Bengkulu juga pendiri ikatan Bengkulu) mengantarkan Abang siur, Alias Opung Banda Aceh ke kota studinya. Selain mengantarkan opung Siur, rombongan juga merencanakan harus lihat kilo Meter 0 Indonesia, Sabang; dan ikut Natal HIMPA Aceh. Untuk mewujudkan misi, rombongan langsung turun dari bus gas ke Sabang, satu hari disana dan besoknya tanggal 29 desember ikut Natal HIMAPA Aceh. Pagi tanggal 29 desember itu juga tidak merasa lelah rombongan memasuki Museum Tsunami Banda Aceh yang terjadi tahun 2004 lalu itu. Disana Apin Goo menangis ketika baca puisi ibu yang tersimpang di Museum Tsunami itu hahahhaahaha.
Ketika sore itula Penulis melihat seorang mahasiswa papua di Banda Aceh atas nama Agus Tebai asal kabupaten Dogiyai yang semangatnya luar biasa hingga pakai koteka sebelum berangkat dari asrama Unsya Banda Aceh. Agus siap berangkat memakai koteka ke tempat ibadah, tetapi beberapa teman-temannya menguruh dia buka koteka dan pakai baju sepanjang perjalanan dan dari gereja pakai koteka lagi; hal tersebut mengingat Banda Aceh adalah mayoritas Muslim sehingga menjaga pandangan warga Aceh.
Setibanya di gereja Agus pakai koteka kembali dan ikut ibadah perayaan natal dari awal sampai akhir. Agus juga tampil drama dengan kawan-kawan lain dengan busana koteka yang lengkap. sampai ada beberapa orang salah persepsi negatif dan bertanya tanya " ini siapa yang pake koteka? ini bukan Papua? siapa yang suruh dia pake? dan lainnya". Ahh itu pakaian tradisi kita dan budaya kita, kita harus jaga dan memelihara, kita bisah salahkan adik laki-laki dia kecuali dia pake saat tidak ada acara dan dia jalan-jalan berkeliaran dijalan disana" Pintah Frans Amnam ketika mendengar pertanyaan-pertanyaan yang dibagun itu.
Penulis secara pribadi sangat bangga dengan Agus tebai yang memakai koteka pada saat natal HIMAPA Aceh. Natal tahun 2017 pada saat perayaan natal IMP SUMUT penulis memutuskan untuk memakai koteka untuk mengikuti perayaan natal, tapi beberapa senior membatasi juga niat saya sehingga tidak jadi pakai koteka waktu itu. saya hanya bilang waktu itu semua jenis alat dan bahan tradisional Papua itu tidak usa pake kalau begitu. Itu hanya cerita.
Mari kita jaga, merawat, memelihara dan mengembangkan adat dan budaya/tradisi yang hampir mau hilang ditengah gelombang dunia milenial ini.
Foto bersama rombongan kompass di kilo meter 0 Indonesia, Sabang.
No comments:
Post a Comment